Pijakbumi: Sepatu Lokal Ramah Lingkungan yang Bikin Bangga Pakai Produk Indonesia

Pijakbumi

Aku masih inget banget waktu pertama kali dengar nama “Pijakbumi.” Awalnya kupikir itu nama komunitas pencinta lingkungan atau kelompok pecinta alam. Tapi ternyata… itu blog brand sepatu lokal! Yang bikin aku makin kaget, desainnya tuh clean, modern, dan yang paling keren: ramah lingkungan. Nah lho, kapan lagi nemu sepatu keren yang nggak bikin bumi rusak?

Waktu itu, aku iseng-iseng scroll Instagram dan nemu akun Pijakbumi. Feeds-nya minimalis tapi kuat banget branding-nya. Aku yang biasanya skeptis sama sepatu lokal, langsung penasaran. Karena jujur aja, sepatu lokal kadang desainnya terlalu rame atau kualitasnya nggak awet. Tapi Pijakbumi beda. Rasanya kayak ngelihat produk luar negeri yang “niat”.

Keunikan Pijakbumi yang Nggak Dimiliki Brand Sepatu Lain

Pijakbumi Layangkan Intensitas Keberlanjutan Secara Penuh di Koleksi Baru

Buatku, keunikan utama dari Pijakbumi itu ada di filosofi dan eksekusinya. Bukan cuma branding asal-asalan atau tempelan kata “eco-friendly” doang, tapi bener-bener dibikin dari bahan ramah lingkungan. kompas pakai:

  • Kulit vegan (vegetable-tanned leather) yang proses penyamakannya minim bahan kimia.

  • Sol sepatu dari karet alam dan daur ulang, jadi nggak nambah sampah dunia.

  • Insoles yang breathable, jadi nggak gampang bau.

  • Dan yang paling aku suka: packaging-nya zero plastic!

Selain itu, mereka juga punya program “Repair for Life.” Jadi kalau sepatumu rusak, bisa dikirim balik buat diperbaiki, bukan dibuang. Wah, keren banget sih. Ini bukan cuma sepatu — ini misi.

Kenapa Pijakbumi Jadi Laris Manis? Ini Rahasianya

Ada beberapa hal yang menurutku bikin Pijakbumi sangat laris dan disukai banyak orang, apalagi anak muda urban yang udah mulai peduli gaya hidup berkelanjutan.

1. Desainnya Timeless dan Unisex

Nggak ribet, nggak terlalu ngejreng, dan cocok dipakai cowok-cewek. Kalau kamu suka gaya minimalis, Pijakbumi tuh cocok banget. Nggak perlu ribut soal cocok nggak sama baju — semuanya masuk aja gitu.

2. Brand Story yang Jelas

Pijakbumi punya cerita dan misi yang kuat. Mereka bukan cuma jualan sepatu, tapi juga edukasi soal lingkungan. Kita sebagai konsumen jadi merasa “ikut andil” dalam gerakan peduli bumi, cuma dengan beli sepatu.

3. Komunitasnya Solid

Sering banget mereka ngajak komunitas buat acara kayak bersih-bersih pantai, diskusi sustainability, bahkan kelas bikin sepatu. Ini bukan sekadar jualan produk, tapi mereka bikin movement.

Bahan Berkualitas: Nggak Cuma Ramah Lingkungan, Tapi Juga Awet!

Aku udah pakai Pijakbumi model Alunan Cream hampir dua tahun, dan serius deh — masih tahan banting. Awalnya aku pikir karena bahan ramah lingkungan, bakal gampang rusak. Tapi ternyata malah lebih kuat dibanding sneakers mainstream yang dua bulan aja udah ngelupas.

Yang aku perhatiin banget:

  • Kulitnya makin cakep kalau udah agak lama dipakai, karena warna patinanya keluar.

  • Solnya empuk tapi kokoh, bahkan pas aku pakai buat jalan kaki keliling Jogja sehari full.

  • Jahitannya rapi, dan nggak ada lem belepotan kayak sepatu fast fashion.

Keunggulan Brand Pijakbumi yang Bikin Aku Ogah Balik ke Brand Lain

Gini ya, kalau kita bandingin dengan sepatu luar yang harganya bisa sampai 2 jutaan, Pijakbumi ini worth it banget. Di harga 600-900 ribuan, kamu udah dapet sepatu lokal dengan:

  • Desain global

  • Material premium

  • Filosofi kuat

  • Impact positif buat bumi

Dan yang bikin beda, mereka itu open transparansi. Di website-nya ada info soal asal-usul bahan, proses produksi, bahkan jejak karbonnya. Ini hal yang jarang banget dilakukan brand sepatu lain — apalagi lokal.

Review Jujur Pakai Pijakbumi: Nyaman Tapi Butuh Perhatian

MLDSPOT | Pijakbumi: Be Unique dengan Sepatu Kulit yang Ramah Lingkungan

Sekarang mari kita ngomongin pengalaman pribadi yang nggak selalu mulus.

Pertama kali aku pakai Pijakbumi, bagian belakangnya agak keras. Jadi seminggu awal tuh kakiku lecet-lecet dikit. Tapi setelah itu, empuk banget. Mungkin karena bahan kulit vegetatif itu butuh adaptasi awal.

Aku juga pernah pakai kehujanan, dan sepatu ini nggak gampang bau. Tapi karena bukan full waterproof, jadi jangan maksain buat masuk lumpur atau hujan deres ya. Keringinnya juga kudu diangin-angin, bukan dijemur langsung biar nggak rusak.

Secara keseluruhan, aku kasih nilai:

  • Desain: 9/10

  • Kenyamanan: 8,5/10

  • Ketahanan: 9/10

  • Nilai untuk uang: 10/10

Tips Buat Kamu yang Mau Coba Pijakbumi

Buat yang baru mau beli pertama kali, ini beberapa tips based on my mistakes:

  1. Cek Size Chart Baik-Baik. Ukuran Pijakbumi kadang sedikit beda sama sepatu biasa, jadi mending ukur kaki dulu.

  2. Kalau punya budget lebih, beli produk klasik mereka. Biasanya model kayak “Alunan” atau “Langit” itu lebih versatile.

  3. Jangan langsung dipakai buat jalan jauh. Kasih waktu adaptasi dulu beberapa kali biar bahan kulitnya ngikut bentuk kakimu.

  4. Rawat sepatumu dengan kit pembersih vegan. Mereka juga jual alat perawatan, loh. Worth it kalau pengen sepatunya awet.

Sepatu yang Nggak Cuma Bikin Gaya, Tapi Bikin Peduli

Aku pribadi ngerasa punya koneksi lebih dengan sepatu ini dibanding brand besar lainnya. Pijakbumi ngajarin aku bahwa kita bisa tetap gaya tanpa harus menyakiti bumi. Dan buatku, itu penting banget di zaman sekarang.

Kalau kamu lagi nyari sepatu lokal berkualitas, bukan cuma karena pengen dukung UMKM, tapi karena kamu beneran pengen sepatu bagus yang tahan lama dan penuh makna — Pijakbumi jawabannya.

Kadang, keputusan kecil kayak pilih sepatu bisa jadi langkah besar buat perubahan. Dan siapa sangka, langkah kecilku bareng Pijakbumi justru mengubah cara pandangku soal konsumsi dan gaya hidup.

Jadi ya, kalau kamu lihat aku pakai sepatu yang kelihatannya “biasa aja,” percayalah… itu Pijakbumi, dan ada cerita besar di baliknya.

Bukan Cuma Soal Sepatu, Tapi Tentang Identitas dan Prinsip

Semakin lama aku pakai Pijakbumi, semakin aku sadar bahwa beli produk seperti ini tuh sebenarnya bukan cuma soal gaya atau kenyamanan aja. Ini tentang nilai. Tentang siapa kita dan apa yang kita dukung.

Di dunia yang makin konsumtif, kita sering banget dimanjakan sama pilihan murah dan instan. Tapi murah itu kadang mahal, lho — mahal buat lingkungan, mahal buat tenaga kerja di balik produk, dan mahal buat masa depan kita juga. Makanya, pas aku mutusin buat stick dengan brand kayak Pijakbumi, aku ngerasa kayak lagi “ngambil sikap.” Biar kecil, tapi punya dampak.

Dan lucunya ya, waktu aku cerita ini ke murid-muridku di kelas, mereka malah excited. Beberapa dari mereka bahkan mulai cari tahu sendiri soal brand lokal yang peduli lingkungan. Ada yang nanya, “Pak, bisa nggak bikin tugas tentang produk lokal berkelanjutan kayak gini?” Wah, senang banget rasanya. Sesimpel cerita sepatu, tapi bisa memicu diskusi yang lebih besar.

Kolaborasi Pijakbumi yang Bikin Aku Makin Bangga

Kalau kamu ngikutin perjalanan brand ini, kamu pasti tahu kalau mereka sering banget kolaborasi dengan brand atau institusi keren. Salah satu yang aku suka banget adalah waktu mereka kerja sama dengan Pocari Sweat dan bikin campaign #LangkahBiru — kampanye jalan kaki dan peduli lingkungan.

Aku sempat ikut juga acaranya di Bandung tahun lalu. Di sana aku ngerasa banget gimana Pijakbumi tuh nggak egois, mereka bukan cuma jual produk tapi ngebangun komunitas yang saling support. Banyak anak muda datang, ngobrolin gaya hidup ramah lingkungan, dan saling tukar cerita soal brand lokal favorit mereka.

Ada juga kolaborasi sama Desainer lokal dan internasional buat bikin edisi terbatas. Yang bikin bangga, produk hasil kolaborasi ini bahkan dipamerin di luar negeri. Bukan cuma disukai di Indonesia, tapi juga dihargai oleh pasar internasional. Gila sih, rasanya kayak kita nonton tim lokal menang di kancah global.

Cerita Lucu Waktu Pakai Pijakbumi ke Acara Formal

Oke, sekarang aku cerita satu hal lucu yang pernah kejadian gara-gara pakai Pijakbumi.

Waktu itu aku diundang ke acara semi-formal, dress code-nya smart casual. Aku pakai kemeja linen, celana chino, dan sepatu Pijakbumi warna earth brown. Salah satu tamu, yang jujur aja gayanya keliatan “branded banget,” tiba-tiba nanya, “Mas, itu pakai sepatu brand apa ya? Saya pikir itu Timberland atau Common Projects.” Aku senyum aja, dan bilang, “Ini buatan Indonesia, namanya Pijakbumi.”

Dia kaget bukan main. Dan setelah ngobrol-ngobrol, malah dia catat nama brand-nya dan bilang mau cek online. Di situ aku mikir, wah, kita tuh sebenarnya nggak kalah kok sama brand luar. Yang penting kualitas dan konsistensinya.

Perbandingan Jujur dengan Brand Sepatu Lain

Biar adil, aku juga pernah pakai beberapa sepatu dari brand luar — sebutlah Vans, Converse, bahkan satu-dua dari Clarks dan Timberland. Bukan mau banding-bandingin kasar ya, tapi supaya kamu bisa dapet bayangan seobjektif mungkin.

AspekPijakbumiBrand Luar (Vans/Converse)
DesainMinimalis, lokal pridePop, mass appeal
Kualitas BahanRamah lingkungan, kuatStandar industri
KenyamananSedikit kaku awalnya, lama-lama empukNyaman sejak awal, tapi cepat aus
Ketahanan2+ tahun masih oke1–1,5 tahun biasa ganti
Harga600–900 ribuan700–1,200 ribuan
Nilai FilosofisKuat, edukatifUmum, brand-driven

Dari tabel di atas, buatku pribadi Pijakbumi menang telak di sisi keberlanjutan dan filosofi. Desain juga lebih masuk ke selera pribadiku yang nggak terlalu suka logo besar-besar.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Quinta da Regaleira: Sebuah Perjalanan Spiritual dan Arsitektur Unik di Portugal disini

Author