Candi Ijo: Menyusuri Keindahan Pengalaman, Pelajaran, dan Tips Berkunjung

Candi Ijo

Kalau ditanya Candi Ijo soal tempat wisata bersejarah di Yogyakarta, kebanyakan orang pasti langsung nyebut Candi Prambanan atau Ratu Boko. Jujur aja, dulu saya juga gitu. Rasanya nama “Candi Ijo” jarang banget kedengeran, padahal ternyata tempat ini punya pesona luar biasa. Nah, kali ini saya mau cerita pengalaman saya waktu pertama kali berkunjung ke Candi Ijo, apa yang travel bikin saya kagum, plus beberapa tips praktis biar kamu bisa menikmati wikipedia kunjungan dengan maksimal.

Pertama Kali Dengar Nama Candi Ijo

Awalnya saya kenal Candi Ijo gara-gara iseng scrolling peta wisata di sekitar Prambanan. Ada titik kecil dengan nama “Candi Ijo”. Dalam hati, “lho, ini candi apaan lagi?”. Setelah baca-baca sedikit, ternyata Candi Ijo ini termasuk salah satu candi tertinggi lokasinya di Yogyakarta. Dari situ rasa penasaran saya muncul, apalagi saya suka banget tempat yang nggak terlalu mainstream tapi punya view cakep.

Kebetulan juga, saya lagi pengin liburan yang agak beda, bukan cuma spot foto yang ramai, tapi yang bisa bikin tenang. Jadi, saya putuskan: oke, mari kita jelajahi Candi Ijo.

Perjalanan Menuju Candi Ijo

Lokasinya ada di Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman. Kalau kamu udah pernah ke Candi Prambanan atau Ratu Boko, arah ke sini nggak terlalu jauh. Dari Prambanan kira-kira cuma 4 km aja.

Tapi jangan salah, jalan menuju ke atas itu lumayan menanjak. Saya naik motor, dan sempet deg-degan juga karena jalannya berkelok, agak sempit di beberapa bagian. Untungnya suasana desa yang asri bikin perjalanan jadi seru. Kalau kamu bawa mobil, siap-siap aja dengan tanjakan, tapi masih bisa dilewati kok.

Tips pribadi: kalau mau ke Candi Ijo, usahakan kondisi kendaraan prima. Jangan nekat kalau rem udah aus, soalnya jalannya cukup menantang.

Kesan Pertama: Sunyi, Tenang, dan Megah

Begitu sampai, hal pertama yang bikin saya terpesona adalah udara sejuk khas perbukitan. Lalu pandangan langsung tertuju pada gapura sederhana yang mengarah ke kompleks candi. Nggak seramai Prambanan yang penuh pengunjung, suasananya lebih tenang, hampir seperti punya “ruang pribadi” buat menikmati sejarah.

Candi Ijo

Saya sempat mikir, kenapa ya Candi Ijo nggak seterkenal candi lainnya? Padahal menurut saya, ada daya tarik yang justru unik: ketenangan. Kadang kita butuh tempat wisata yang nggak melulu ramai, biar bisa lebih khidmat menikmati detail bangunannya.

Sekilas Sejarah Candi Ijo

Biar nggak cuma sekedar jalan-jalan, saya juga coba gali sedikit sejarahnya. Jadi, Candi Ijo ini dibangun sekitar abad ke-9 sampai ke-10 Masehi pada masa Kerajaan Medang (Mataram Kuno). Sesuai namanya, candi ini memang berdiri di atas Bukit Ijo dengan ketinggian hampir 400 meter di atas permukaan laut.

Fungsi utamanya adalah tempat pemujaan umat Hindu. Ciri khasnya bisa dilihat dari keberadaan lingga dan yoni, serta relief-relief yang menggambarkan kisah spiritual. Menariknya, di beberapa prasasti yang ditemukan, ada juga catatan tentang ritual dan kehidupan masyarakat waktu itu.

Saya bukan sejarawan, tapi semakin tahu tentang latar belakangnya, saya jadi makin menghargai perjalanan panjang peradaban kita.

Pemandangan dari Atas Bukit

Salah satu hal paling berkesan di Candi Ijo adalah pemandangannya. Dari atas bukit, kamu bisa lihat hamparan sawah, perkampungan, sampai landasan bandara baru. Kalau datang sore hari, sunset di sini luar biasa indah. Langit jingga berpadu dengan siluet candi, bikin suasana jadi romantis banget.

Waktu saya datang, ada pasangan yang lagi foto prewedding. Saya jadi kepikiran, wah pantes aja, view-nya memang dramatis.

Anekdot: Salah Kostum

Jujur, saya sempat bikin kesalahan konyol. Karena buru-buru, saya datang pakai sandal tipis. Baru naik tangga sedikit aja, kaki udah pegel. Batu-batu di sekitar area candi juga bikin langkah jadi kurang nyaman. Dari situ saya belajar: kalau ke tempat seperti Candi Ijo, jangan remehkan alas kaki.

Saran saya, pakai sepatu olahraga atau sandal gunung biar lebih enak. Kelihatan sepele, tapi beneran ngaruh ke mood selama di sana.

Suasana Mistis atau Hanya Sugesti?

Ada satu momen ketika saya lagi duduk sendirian di pelataran candi, tiba-tiba merinding. Entah karena angin sore yang dingin atau memang sugesti suasana candi kuno yang sunyi. Saya sempat kepikiran, gimana ya dulu orang-orang zaman dulu melakukan ritual di sini, dengan api obor, mantra, dan doa?

Tapi alih-alih takut, saya malah merasa kagum. Tempat ini menyimpan aura sejarah yang kuat. Jadi kalau kamu tipe orang yang suka eksplorasi sisi mistis, Candi Ijo juga bisa jadi menarik.

Tips Berkunjung ke Candi Ijo

Candi Ijo

Dari pengalaman saya, berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu:

  1. Datang sore hari – view sunset sangat indah dan suasana lebih sejuk.

  2. Gunakan kendaraan yang fit – jalannya menanjak, jadi pastikan rem dan mesin oke.

  3. Bawa air minum – meski nggak terlalu jauh dari kota, tapi hawa perbukitan bikin cepat haus.

  4. Pakai alas kaki nyaman – jangan ulangi kesalahan saya.

  5. Jangan lupa kamera – banyak spot foto keren, apalagi kalau suka landscape.

  6. Hargai situs sejarah – jangan coret-coret atau merusak, cukup nikmati dengan rasa hormat.

Pelajaran yang Saya Dapat

Dari perjalanan ke Candi Ijo, saya belajar kalau kadang tempat-tempat yang kurang populer justru bisa memberikan pengalaman yang lebih dalam. Nggak cuma tentang foto, tapi juga refleksi pribadi.

Saya juga jadi makin sadar, betapa kayanya warisan budaya Indonesia. Bayangkan, di satu wilayah saja kita bisa menemukan begitu banyak candi dengan karakter unik.

Kadang kita terlalu sibuk mengejar yang viral, sampai lupa ada hidden gem seperti Candi Ijo yang bisa kasih pengalaman lebih personal.

Penutup: Worth It Banget!

Buat saya pribadi, kunjungan ke Candi Ijo adalah salah satu momen terbaik selama jalan-jalan di Yogyakarta. Mungkin nggak banyak orang yang bisa langsung relate, tapi kalau kamu tipe traveler yang suka ketenangan, sejarah, dan pemandangan indah, saya jamin Candi Ijo bakal jadi favoritmu juga.

Jadi kalau ada rencana liburan ke Jogja, jangan cuma mampir ke Malioboro atau Prambanan. Sisihkan waktu buat naik ke Bukit Ijo. Siapa tahu, kamu juga bisa pulang dengan cerita dan pelajaran yang sama berharga.

Baca Juga Artikel Ini: Safari Afrika: Cerita, Tips, dan Kesalahan Kocak Biar Liburan Kamu Berkesan

Author