bun bo hue: Mie Pedas Khas Vietnam yang Menggoda Selera dan Penuh Cerita

bun bo hue

Kalau kamu penggemar kuliner Vietnam, pasti nggak asing sama bun bo hue. Dulu, aku sempat meremehkan makanan ini karena pikirnya ya cuma “bún biasa” yang berkuah. Eh, ternyata salah besar! Pertama kali nyobain, rasanya tuh kayak ledakan rasa pedas, gurih, dan segar di satu mangkuk. Ada sensasi unik yang nggak bisa aku jelasin cuma dengan kata “enak”. Makanya, hari ini aku mau cerita pengalaman aku mengenal bun bo hue  dan beberapa tips supaya kamu juga bisa nikmatin tanpa bingung.

Pertama Kali Kenalan dengan bun bo hue

Bun bo Hue noodles: An authentic dish of Central Vietnam

Aku inget banget pertama kali ketemu bun bo hue itu waktu lagi backpacking di Hue, Vietnam. Waktu itu sih, cuma iseng masuk ke warung pinggir jalan karena bau kuahnya yang wangi banget. Eh, begitu dicobain, rasanya tuh “wow banget”. Kuahnya kental tapi nggak terlalu berat, ada aroma serai yang kuat, dan bumbu pedasnya pas banget. Daging sapinya empuk, dan ada jeroan yang bikin rasa makin kompleks.

Yang bikin aku terkesan adalah keseimbangan rasanya. Nggak kayak mie kuah lain yang kadang terlalu asin atau terlalu pedas, bun bo hue  punya kombinasi pedas, gurih, dan segar yang bikin aku terus makan sampai habis mangkuk. Nah, dari pengalaman itu, aku mulai kepo sama asal-usulnya.

Asal-Usul bun bo hue

Bún Bò Huế berasal dari kota Hue, Vietnam Tengah, yang dulu dikenal sebagai pusat kekaisaran. Menariknya, makanan ini nggak cuma soal rasa, tapi juga sejarah. Dulu, konon bun bo hue dibuat untuk para bangsawan kerajaan. Kuahnya pakai kaldu tulang sapi yang dimasak lama, dipadu dengan serai, cabai, dan daun jeruk purut Cookpad.

Beda dengan Phở yang biasanya lebih ringan dan manis, bun bo hue lebih berani. Ini yang bikin aku jatuh cinta. Rasanya tuh kaya dan kompleks, tapi tetap “ramah” di lidah kalau tahu cara makan yang tepat.

Rahasia Kuah Pedas yang Bikin Nagih

Salah satu hal yang bikin aku kagum sama bun bo hue adalah kuahnya. Pedas tapi nggak bikin tenggorokan panas berlebihan. Aku pernah coba bikin sendiri di rumah, dan harus aku akui: rasanya nggak pernah nyampe sama yang di Hue.

Kuncinya ada di kombinasi bahan. Ada cabai kering, serai, daun jeruk purut, dan satu bahan rahasia: fermentasi shrimp paste atau mắm ruốc. Jangan salah, bau shrimp paste itu awalnya bikin takut, tapi begitu dimasak, aroma tajamnya berubah jadi kaya dan gurih banget.

Pengalaman bikin kuah sendiri itu lucu. Awalnya aku kebanyakan cabai, jadinya pedes banget sampai bikin mata perih. Tapi setelah dicoba beberapa kali, aku nemuin takaran pas yang bikin kuah tetap pedas tapi seimbang. Tipsnya, jangan pelit serai dan daun jeruk, karena itu yang bikin aroma kuah wangi dan segar.

Daging dan Jeroan yang Sempurna

bun bo hue nggak lengkap tanpa daging sapi empuk dan jeroan yang dimasak dengan benar. Aku pernah nyobain di satu warung di Hue yang daging sapinya empuk banget, kayak meleleh di mulut. Jeroannya juga nggak amis, malah nambah tekstur unik di tiap suapan.

Kalau bikin sendiri di rumah, aku biasanya pilih brisket untuk daging sapi dan tetelan untuk jeroan. Dimasukin ke kaldu lama-lama biar bumbunya meresap. Kalau salah teknik, jeroan bisa keras atau bau amis. Jadi, sabar itu penting banget kalau mau bikin bun bo hue  yang otentik.

Topping dan Pelengkap yang Bikin Lengkap

Bun Bo Hue - A special Vietnamese spicy noodle soup

Selain kuah dan daging, topping juga penting. Biasanya ada irisan daun bawang, seledri, tauge, dan irisan cabai rawit. Kadang ada juga lemon atau jeruk nipis untuk tambahan rasa asam segar. Aku suka banget kalau makan di warung yang ngasih banyak tauge segar. Rasanya tuh kayak ada kontrast antara kuah panas pedas dan tauge renyah.

Selain itu, ada juga topping optional seperti bakso sapi atau sosis Vietnam. Ini tergantung selera. Aku sendiri kadang suka nambah bakso karena teksturnya beda dari daging dan bikin mangkuknya lebih “rame”.

Pengalaman Makan di Warung Pinggir Jalan vs Restoran

Kalau ditanya mana yang lebih enak, warung pinggir jalan atau restoran, aku punya jawaban unik. Dulu aku sempat makan di restoran besar di Hue, kuahnya enak, tapi kurang “hidup”. Sementara di warung kecil pinggir jalan, rasanya lebih autentik. Mungkin karena dimasak dari pagi dan terus dipakai sebagai kuah harian, rasa bumbunya lebih dalam.

Tapi memang, makan di warung pinggir jalan kadang bikin deg-degan. Nggak semua bersih, dan kadang bahasa jadi kendala. Aku biasanya pakai trik: pilih warung yang ramai, karena pasti banyak pelanggan lokal. Ini biasanya tanda kalau makanannya enak dan higienis.

Ketika Coba Masak Sendiri di Rumah (dan Gagal Total di Percobaan Pertama)

Aku pernah punya ide “gila” waktu pandemi dulu: bikin bun bo hue sendiri di rumah. Waktu itu, gara-gara kangen banget sama rasa otentiknya. Aku cari resep di YouTube, nonton beberapa video chef Vietnam, dan akhirnya belanja bahan-bahan lengkap—dari tulang sapi, serai, cabai kering, sampai mắm ruốc yang baunya… ya, cukup bikin heboh dapur.

Awalnya aku pede banget. Kupikir cuma rebus kaldu, campur bumbu, dan selesai. Tapi ternyata, bikin bun bo hue  itu bukan cuma soal bahan, tapi soal kesabaran.
Aku salah langkah di awal — terlalu cepat masukkan mắm ruốc ke dalam kaldu mendidih. Akibatnya? Kuah jadi keruh dan baunya terlalu tajam. Rasanya? Jujur aja, kayak sup ikan asin yang gagal total. Aku sempat frustasi, sampai mikir “mungkin makanan ini emang cuma bisa dimasak oleh orang Hue.”

Tapi setelah beberapa kali percobaan (dan beberapa dapur yang berantakan), aku mulai paham ritmenya.
Kuncinya ada di tahapan:

  1. Rebus tulang sapi minimal 4 jam biar kaldunya pekat.

  2. Tumis bumbu (serai, bawang putih, bawang merah, cabai kering, dan mắm ruốc) dulu sebelum dicampur ke kaldu.

  3. Jangan buru-buru, biarkan bumbu “berkawinan” dengan kuah pelan-pelan.

Pas aku akhirnya berhasil bikin kuah yang aromanya mirip kayak di Hue, rasanya luar biasa banget. Ada kepuasan tersendiri yang nggak bisa digantikan. Momen itu bikin aku sadar, kadang kenikmatan sebuah hidangan bukan cuma dari rasanya, tapi juga dari proses dan perjuangan di baliknya.

Mengunjungi Pasar Tradisional Hue: Petualangan Pagi yang Tak Terlupakan

Salah satu pengalaman paling berkesan buatku adalah waktu aku sengaja bangun pagi-pagi buat ke Dong Ba Market, pasar tradisional di pusat kota Hue. Katanya sih, kalau mau lihat kehidupan asli orang Hue, datanglah ke pasar ini. Dan ternyata bener banget.

Begitu masuk pasar, aroma campuran rempah, sayur segar, dan kaldu daging langsung nyerang hidung. Ada ibu-ibu yang sibuk motong serai, bapak-bapak ngangkat tulang sapi besar, dan para pedagang yang teriak nawarin bumbu mắm ruốc.
Aku sempat berhenti di satu kios kecil yang menjual semangkuk bun bo hue . Warungnya sederhana banget, cuma ada dua kursi plastik dan satu meja kayu yang udah kelihatan tua. Tapi pas aku duduk dan nyeruput kuahnya, rasanya nggak ada tandingan.

Yang menarik, si ibu penjual bilang kalau setiap keluarga di Hue punya resep bun bo hue  yang sedikit berbeda. Ada yang pakai lebih banyak serai, ada yang lebih banyak cabai, dan ada juga yang nggak pakai jeroan. Jadi, nggak ada satu versi “paling benar.” Semua bergantung pada selera dan tradisi keluarga.
Aku suka banget filosofi itu — bahwa rasa itu relatif, tapi niat untuk membuat sesuatu dengan hati, itu yang bikin makanan jadi hidup.

Baca fajta seputar : culinary

Baca  artikel menarik tentang : Telur Crispy: Resep Gurih Anti Gagal, Rahasia Renyah dari Dapurku

Author