Redmi Note 13 5G: Pengalaman Setelah 1 Tahun, Masih Layak Dibeli

Beberapa pengalaman awal selalu bikin deg‑deg‑an. Waktu itu awal 2024 aku iseng ngecek promo di Shopee store resmi Xiaomi, dan liat Redmi Note 13 5G varian 8 GB/256 GB dihargai Rp 3.199.000 waktu rilis. Di pertengahan 2025 turun jadi sekitar Rp 2.999.000 atau bahkan Rp 2.789.000 per beberapa sumber lokal
Aku kebayang layar besar AMOLED Full HD+, refresh rate 120 Hz, kamera utama gede 100 atau 108 MP, plus baterai 5000 mAh yang katanya tahan seharian tanpa nghes‑ngeh.
Jujur, aku sempet skeptis. MediaTek Dimensity 6080 bukan Snapdragon flagship, tapi skor AnTuTu sekitar 440–452 ribuan lumayan lah buat multitasking ringan dan game level menengah.
Dan yaaa, setelah baca review Tuxlin, Carisinyal, Tech Corner dan Suara Merdeka, plus testimoni Reddit yang bilang Technology perangkat cukup lancar untuk aktivitas sehari‑hari, aku akhirnya memutuskan beli. Rasa frustasi pernah muncul waktu hapeku sebelumnya lemot dan sering hang, jadi aku harap ini solusi.
Unboxing & Anekdot Awal Pemakaian Redmi Note 13 5G
Hari pertama buka dus Redmi Note 13 5G aku langsung ngerasa: “uh, ramping banget!” Bobotnya hanya ±174,5 g dan ketebalan cuma 7,6 mm, terasa tipis elegan di tangan
Saya langsung setting refresh rate ke 120 Hz, dan scrolling Instagram, TikTok, YouTube lancar banget. Warna layar vivid, cerah, kontras tinggi berkat panel Super AMOLED dan peak brightness tinggi (hingga 1800 nits).
Tapi, ya, mesti bilang jujur: beberapa kali kena bug MIUI di Android 13 / MIUI 14 itu annoying juga. Pop‑up iklan di aplikasi bawaan masih muncul. Kadang notifikasi delay atau hilang setelah layar mati. Masih untung ada update ke HyperOS (Android 14) yang akhirnya sebagian memperbaiki pengalaman Xiaomi indonesia.
Sekitar seminggu pakai, aku ngerasa performa mulai nge‑lag pas multitasking antara WhatsApp, Gmail, dan beberapa tab browser. Solusinya? Aku matikan fitur memory extension virtual dan restart sistem sebulan sekali—lumayan membantu.
Penggunaan Sehari-hari menggunakan Redmi Note 13 5G: Pro & Kontra
Kelebihan yang bikin puas:
Layar AMOLED 6,67 inci FHD+ 120 Hz bener‑bener smooth. Nonton video atau scroll terasa nyaman di mata, terutama warna detail dan brightness-nya—sangat memikat.
Kamera utama 108 MP hasilnya tajam detail saat siang hari. Ada juga ultrawide 8 MP dan macro 2 MP. Cukup oke untuk content media sosial atau jepret lanskap. Mode film dan zoom 3× lossless-nya juga lumayan fun, meski tanpa OIS.
Baterai 5000 mAh tahan lama—bisa sampai lebih dari 18 jam screen on time, paling normal pemakaian sehari (chat, streaming, YouTube). Isi ulang 33W fast‑charging penuh sekitar 70–75 menit.
Tapi, kekurangannya juga nyata:
Speaker cuma mono, jadi kualitas audio agak tipis kalau nonton video atau main game—kurang immersive.
Video recording dibatasi maksimal 1080p 30fps, padahal pendahulu kelas Poco X3 yang lebih murah punya 1080p 60fps atau bahkan 4K. Lama‑lama kesal juga kalau rekam video resolusi rendah.
Slot SIM hybrid bikin harus milih antara dua SIM atau satu SIM + microSD. Bagi pengguna dual‑SIM dan butuh storage tambahan, ini kompromi.
Update OS cukup lambat. MIUI kerap bloatware, update HyperOS belum stabil, kadang notifikasi delay.
Tips Praktis Optimalisasi Redmi Note 13 5G
Oke, dari pengalaman pribadi, berikut tip yang bikin ponsel Redmi Note 13 5G terasa lebih oke:
Kalibrasi layar di setting ke 120 Hz maksimal, jangan otomatis. Biar smooth banget waktu scroll tapi gatau kenapa kadang sistem auto balik ke 60 Hz kalau baterai rendah.
Matikan fitur memory extension; ini fitur virtual RAM bawaan MIUI yang kadang bikin sistem tambah lag daripada ngebantu. Banyak pengguna Reddit bilang ini memperbaiki stabilitas.
Install Adaway atau blok iklan lokal supaya pengalaman browsing bebas iklan. MIUI suka sisip app bawaan yang banyak iklan.
Update ke HyperOS (Android 14) kalau muncul notifikasi update resmi di setting. Tapi jangan lupa backup data dan restart setelah update, buat clear cache.
Gunakan mode Doze dan batasi app background untuk memperpanjang baterai. Kamera foto kudu manual fokus atau HDR mode siang hari, karena tanpa OIS jejak blur lebih mudah terjadi kalau gerakan tangan.
Pengalaman Gaming di Redmi Note 13 5G
Nah, bagian ini agak tricky ya. Saya pribadi bukan gamer berat, tapi sesekali main PUBG Mobile, Mobile Legends, dan Genshin Impact buat ngilangin stress. Yang paling sering ya ML dan PUBG.
Pas baru beli, saya langsung instal PUBG. Setting grafis default-nya cuma bisa Balanced + Medium, bahkan kalau maksa ke HD kadang mulai muncul frame drop. Tapi jujur, kalau setting tetap di Smooth + High, gameplay cukup stabil. Nggak ada stuttering yang terlalu parah, asal background apps dibersihin dulu.
Mobile Legends lebih bersahabat. Mode high frame rate bisa diaktifkan, dan sejauh saya main, jarang banget ngerasa patah-patah, kecuali pas sinyal lemot. Cuma ya, kadang suhu HP lumayan naik setelah 30 menit main. Jadi saya selalu sedia kipas kecil atau istirahatin HP dulu sebentar.
Nah, pas coba Genshin Impact… ya ampun, itu game kayak monster. Bahkan di setting low pun, sering banget frame drop. MediaTek Dimensity 6080 memang bukan buat Genshin. Tapi saya udah tahu dari awal sih, jadi nggak kecewa juga. Cuma sekedar coba aja, dan akhirnya uninstall lagi
Kesimpulan: Redmi Note 13 5G Masih Layak di 2025?
Setelah satu tahun pakai Redmi Note 13 5G, aku bisa bilang: overall worth it banget buat user di kelas Rp 3 jutaan. Apalagi sekarang harganya turun jadi Rp 2,7–3 juta tergantung promo atau marketplace resmi.
Kalau kamu butuh:
Layar besar dan menawan,
Kamera utama tajam untuk dokumentasi keseharian,
Baterai tahan lama dengan fast charging,
Performa cukup buat multitasking ringan—ya, ini pilihan mantap.
Tapi kalau kamu gamer hardcore yang main Mobile Legends di grafik tinggi atau mau rekam video 4K, lebih baik pertimbangkan device dengan chipset lebih kuat atau fitur OIS / stereo speaker. Redmi Note 13 Pro 5G atau Pro+ mungkin lebih cocok.
Pengalaman frustrasinya datang dari notifikasi delay, iklan MIUI, dan limitasi video 1080p 30fps. Tapi pulihnya pas aku atur setting, update OS, dan optimasi penggunaan sehari-hari. Itu yang bikin feel-nya lebih ‘manusiawi’—bukan spek sempurna, tapi nyata dan bisa diperbaiki dengan trik‑trik praktis.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Razer Phantom Keycap: Pengalaman Autentik dan Alasan Kenapa Kamu Harus Coba disini